Minggu, 13 November 2016

Stuffs Every Girl Should Own #1: Sewing Kit


 Kenapa tiap cewek harus punya sewing kit? Ngga tau ya menurutku sewing kit itu penting kayak kotak P3K, tapi ngga seurgent kotak P3K juga sih. Sebenernya ngga harus juga sih punya sewing kit lengkap dengan berbagai warna benang, berbagi size jarum jahit, stock kancing berbagai bentuk, gunting khusus kain, resleting warna-warni, meteran kain, dan lain-lain. Tapi seenggaknya kita punyalah standar alat jahit kayak benang item/putih (yang warnanya netral) dan jarum jahit di rumah atau yang kita simpen sendiri, jadi kalo misal tiba-tiba celanamu bolong, kemejamu kesangkut gagang pintu, atau kancing bajumu copot masih bisa tertanggani dengan cepat (in case kamu tau caranya ngejait hahaha). Ga harus pro, at least taulah jahitan jelujur. Yang penting kainnya kesambung dan kancingnya kepasang.

Oiya, beberapa hari lalu aku nyoba-nyoba bikin tas sendiri dari kain hasil nyelup tempo hari sama shibori geng. Berbekal kesoktauan tanpa pola, akhirnya aku coba bikin hobo bag (atau apa sih namanya, ngga ngerti). If you know bentuknya itu macem tas oleh-oleh dari Thailand yang super khas, yang ada gambar gajahnya. Nah.. Itu! Karena mesin jahitnya abis diservis jadi aku mending make mesin jahit aja daripada harus jahit tangan. Yang pertama sih mengamati contohnya, bagian perbagian dan urutan menjahitnya. Terus diukur deh kainnya, setelah diukur ya dipotong, kalo udah dipotong baru dijahit bagian perbagian (dari bagian paling bawah tas ke atas), setelah itu finishing yang dikerjakan oleh ibuku karena ternyata jahitanku salah ukuran dan sedikit ngga rapi.


Minggu, 30 Oktober 2016

Butuh Matahari

Ketika mainan shibori menjadi satu-satunya hiburan yang berarti di kala selo Kita nyobain nyelup kain lagi karena masih penasaran gimana teknik dan takaran cairan yang pas. Jadi sepertinya masih akan ada kegiatan nyelup dan jemuran artsy lagi sampe nemu cara yang paling benar. Dan kesimpulan dari hasil eksperimen Sabtu kemarin adalah butuh air panas untuk merendam kain dan butuh matahari jam 1 siang yang panas biar warnanya lebih keliatan dan pekat. Tapi sebenernya entah karena matahari atau reaksi kimia nitrit dengan oksigen. Science is fun by the way. 



Minggu, 23 Oktober 2016

Doing Art


Oh hay, folks! Hari ini Didi si teman artsyku workshop-ing aku dan Adul tentang cara bikin shibori indigo dye ala-ala 'do it yourself'. Awalnya cuma Adul aja yang pengen gara-gara beberapa hari lalu Didi upload foto kain jumputan 'do it yourself' nya dia di instagram. Setelah liat dan kepo kayaknya keliatan menarik, jadilah aku yang selo ini ikutan tertarik bikin-bikin. Dan weekend ini kita berkumpul di rumahku dan bikin shibori bersama-sama. Benar-benar kegiatan artsy. Well if you dont know, shibori itu semacam teknik jumputan atau tie dye ala Jepang yang bikin pola warna dan bentuk di kain dengan cara twisting, wrapping, stiching, binding, and such lalu dicelup ke pewarna kain which yang kita pakai adalah pewarna indigo.

Tadinya aku merasa kain jumputan adalah hal yang sangat old-fashion dan tidak menarik. Patternnya membosankan dan sepertinya cara bikinnya sangat effortless. Tapi setelah membuat sendiri hari ini, ternyata aku salah. Ternyata menyenangkan dan penuh dengan kejutan. Ngga bakalan tau jadinya kayak gimana, gagal atau engga sampe akhirnya kain itu dibuka. Terima kasih pinterest yang sudah sangat memberi inspirasi. 

Aku sama Adul nurut aja sama Didi karena kita posisinya sebagai murid. Beli dulu pewarna indigo dan larutan tekstil yang bikin warnanya timbul (aku lupa, hcl dan apa ya...) di daerah Pasar Ngasem. Di tempat itu isinya memang hal-hal yang semacam membatik dan mewarnai kain. Lumayan lengkap dan harganya ngga terlalu mahal tapi ya ngga murah juga sih, atau karena kita ngga tau lagi mau beli dimana sebagai pembanding harga. Setelah itu baru beli kain di daerah Plengkung Gading. Toko kain lawas anti mainstream langganan Adul yang isinya kain-kain artsy. Lol. Aku pake kain blacu, Didi kain kanvas yang seratnya lebih bagus, dan Adul semacam kain bahan katun warna putih. Kita pake kain yang beda-beda karena pengen tau gimana bentuk motifnya kalo diaplikasiin pake kain yang bentuknya beda-beda.




Okay, setelah terbeli semuanya kita mulai melipat, menjahit, mengikat, dan mengaretin kain-kain tadi. Aku milih melipat dan menjait kainnya biar lebih kenceng, setelah itu dipress pake stick es krim yang dikaretin ujung-ujungnya. Kalo Adul kainnya digulung pake bambu, terus ditali-tali pake benang kenur dan dikencengin lagi pake karet biar motifnya garis-garis. Didi as our mentor, pake media kaos yang dikaretin dan kain yang dilipet-lipet sampe kecil terus dipress pake stick es krim. And also my mum, yang iseng pengen ikutan pake cara ala jumputan. It takes an hour cuma buat ngiketin kain-kain tadi. 







Pertama kain tadi direndem di dalem air dingin (yang seharusnya sampe kainnya bener-bener meresap dan basah sampe ke dalem-dalemnya) yang gunanya agar kainnya bisa kena pewarna sampe ke dalem-dalem karena itu kan dilipet dan tebel. Abis itu dicelup ke pewarna indigo yang udah dilarutin di air dan ke larutan tekstil tadi. Celupnya harus berkali-kali dan lama biar warnanya bisa keliatan pekat banget. Lumayan lama juga nyelupnya, karena antara yakin ngga yakin bakalan jadi atau enggak. Setelah kira-kira sejam kurang baru kain itu dicuci pake air bersih, abis itu iketannya dilepasin satu-satu. Dan, voila! Ini sebenarnya masih gagal. Karena warna birunya ngga nyerap sampe dalem, dan bentuk patternnya ngga terlalu jelas.






Sabtu, 08 Oktober 2016

Story of Hand

Hari ini lagi bosen banget dan iseng buka-buka file foto-foto workshop. Waktu jaman suka ikutan workshop foto, aku sering banget kebingungan tiap milih konsep foto apa buat karyaku. Kadang rada absurd, kayak waktu di Jakarta aku milih tema abandoned house gara-gara pernah liat di sebuah website foto. Ada fotografer yang bikin photo project tentang abandoned buildings di beberapa mall di Tiongkok yang abandoned dan ada yang alih fungsi jadi kolam ikan raksasa. Tapi keren banget yang harusnya bangunan ngga keurus bakalan terlihat dan terkesan serem tapi ini engga karena kemudian entah gimana prosesnya bisa berubah jadi kolam ikan yang super besar. It was amazed me just by seeing a photo. Pernah juga pas lagi seneng-senengnya liat photo project orang, ada street photographer yang bikin project temanya tangan (Story of Hand). Sederhana sekali, dia cuma motretin aktivitas orang-orang yang ada di jalan dan semua point of interestnya ada di tangan. Kadang bingung, kalo mau bikin photo project gitu kita foto dulu baru nentuin benang merahnya atau kita cari tema dulu baru eksekusi. And btw, these are story of hand by me setelah membongkar file. Lol. At this case aku berarti memfoto dulu baru mencari benang merah.






Selasa, 04 Oktober 2016

"Jangan Sedih, Aku Aja Bahagia"

Waktu itu aku lagi bacain tweet salah satu journalist dan blogger kesukaanku, kemudian yang ku dapati setelah ngepoin twitternya (dan postingan instagramnya) adalah dia sudah putus dengan mantan pacarnya, dan yang lebih cool dia ternyata sudah punya pacar baru lagi. What a move! Pertamanya aku (sebagai seorang followers) merasa rada sedikit sedih dan tidak rela karena mantan pacarnya ganteng banget, dan pun mereka berdua terlihat super serasi serta menyenangkan untuk dilihat. Tapi mereka berdua emang beda keyakinan sih, mungkin juga putusnya karena itu atau hal lain idc. Ganteng aja ngga cukup, dude. Terus aku baca salah satu tweet yang dia tulis sebagai tweet balasan ke temannya, intinya temannya merasa sedih karena dia putus, lalu dibalas dengan singkat "Yah jangan sedih dong, gue aja lagi bahagia." It somehow warms my heart. In her case, dia mungkin merasa bahagia karena pacarnya baru dan sudah bisa move on dengan selamat. And in my case... No clue. I am just simply happy by being a single.

Aku pun habis putus dan bingung karena tidak merasakan sedih seperti patah hati-patah hati sebelumnya. Bahkan sekarang sangat bahagia karena entahlah, hidupku jadi lebih menyenangkan dan hal-hal baik datang setelahnya. Jujur, ini bukan kalimat yang dibuat-buat supaya aku tidak terlihat menyedihkan dan depresi. Aku memang tidak pintar mengungkapkan perasaan saat menulis poem romantis atau memasang foto yang mengandung kebahagiaan (mungkin-mungkin yang dilihat orang hanya sebatas path atau instagram aja) untuk konsumsi publik. Karena mostly orang tau apa yang kita lakukan dari media sosial, kayak "Eh dia kan udah putus coba cek deh twitternya." Karena memang juga aku agak insecure dan sedikit hati-hati dalam menggunakan  media sosial. Mungkin aku sebenarnya lebih takut dengan judgements, dan respon orang-orang. Kalo kata Khalil Ghibran "Travel and tell no one, live a true love story and tell no one, live happily and tell no one, people ruin beautiful things." Indeed people ruin beautiful things, or at least ya I would only show what I want to show.

Ini pun ku tulis karena semalam teman-temanku merasa sangat bersalah saat aku pulang paling terakhir (mereka menganggap aku terkesan menenangkan diri) dan mukaku terlihat sedih karena mereka diam-diam mengamati gerak-gerikku setelah aku ditanyai secara random bagaimana perasaanku pasca putus (which, pertanyaan semacam itu untuk beberapa orang yang habis putus emang sangat sensitif dan untuk yang susah move on pasti akan diselingi isak tangis sebelum akhirnya mulai menjawab, tapi sungguh buatku itu bukan masalah karena mereka orang-orang terdekatku). Padahal aku jawabnya biasa aja dan apa adanya, senyum-senyum, sedikit ngakak, dan plus dengan becanda. Kenyataannya adalah aku emang lagi ngantuk berat karena seharian pergi bareng mereka dan harus nungguin pesanan cinnamonrolls ku yang butuh waktu 10 menit buat diangetin di dalem microwave buat dibawa pulang, thats why aku baliknya terakhir. Lol.

Hari itu aku bahkan sebenarnya lebih sedih ketika tau siapa dosen pembimbing dua skripsiku. Tapi memang melelahkan dan menyebalkan sekali tiap mendengar kalimat semacam "Jangan sedih ya, mungkin emang ngga berjodoh." Atau "Sabar ya..." Atau ke annoyingan orang-orang random yang kepo sibuk cari tau apa permasalahan yang bahkan aku males ngebahasnya. Am I that miserably sad? Huh.

Eventually, terima kasih kepada logika yang menjadi dominan daripada perasaan. Terima kasih kepada hati yang sudah mau membuka pintu untuk cinta yang baru. Dan terima kasih kepada kenyataan karena akhirnya aku bisa menertawaimu dengan puas.

Jumat, 19 Agustus 2016

Aktivitas Pengangguran #3: Nambahin Dosa

Ketika nganggur sudah tidak lagi ada batasnya, hangout ke Mal bisa jadi tempat pelarian lain daripada bengong di rumah ngemilin corn flakes. Sebagai pemudi bangsa yang cintah tanah air, pas tujuhbelasan kemarin aku Adul dan Cindy sepakat buat ngerayain hari kemerdekaan RI dengan jalan-jalan muter-muter Hartono Mal. Sebenernya pemilihan tempat hangout tujuhbelasan kali ini sangat random karena aku ngga terlalu suka ngemal dan pas itu kakiku lagi agak pegel. Demi Adul yang pengen PokPok banget, tadinya kukirain pukpuk. Segitu sadnya, ternyata itu adalah jajanan lucu. Dan emang belum pernah inspeksi ke Hartono jadi ya udah deh nurut aja daripada bingung.

Karena emang ngga punya tujuan yang mulia jadi kita get lost aja di dalem mal. Mana pas banget lagi banyak promo diskon kemerdekaan, tapi karena berhubung kemerdekaan berbelanjaku masih dijajah jadi ya udah cuma liat-liat aja sama megang dikit. Di sana bener-bener cuma muter-muter mal doang sambil ngomentarin harga barang-barang yang agak ngga sopan. Asas hidup hemat saat itu sangat dijunjung tinggi.

Aku kadang ngerasa geli dan merasa pertemananku dengan Adul dan Cindy ini agak absurd dan tidak patut dicontoh. Kita bisa banget menghabiskan waktu berjam-jam duduk di kursi mal sampe malnya hampir tutup cuma buat ngomentarin dan nyinyirin orang-orang yang lewat. Padahal blas kenal aja engga, tapi tetep dianggep salah. Rasanya udah kayak yang paling keren se DIY-Jateng dan paling bebas mau komentar apa aja.


Selasa, 16 Agustus 2016

Aktivitas Pengangguran #2: Remedy

Semenjak menyadari bahwa terlalu ekspresif bukanlah hal yang baik dan bisa menimbulkan efek berlebihan, aku lebih suka mengalihkan kesedihan dengan mencari kegiatan lain. Dengan ngurusin keperluan kuliah Miha dan ngajakin ibu jalan-jalan sore.

Main sambil menunggu anugerah dan ilham, serta inspirasi judul skripsi yang tak kunjung hadir. Mbak dosenku yang masih ada kegiatan di Thailand, aku sendiri yang males banget nyari data, dan teman-teman yang masih santai. Sedangkan di kubu lain bapakku sudah mulai uring-uringan dan ibuku yang mengancam tidak akan membayari kuliah lagi kalo semester ini skripsinya ngga kelar.

Ah... 

Aku selalu suka nemeni bapakku motret, kerja sekalian jalan-jalan. Bapakku kayaknya juga seneng sih kalo tak temeni motret. Keliatan kok, tiap ikutan motret aku selalu disuruh mbawain tas kamera, mbawain tripod, dan megangin reflektor. Ngga cuma itu aja, tugas gonta-gantiin lensa, memory card, dan batre kamera, mayungin kamera dan bapakku biar ga panas kalo motret outdoor, mbawain baju ganti kalo bapakku keringetan. Tapi menyenangkan, I always love this kinda daddy daughter dates.




Ikutan workshop yang belum pernah diikutin selama ini. Workshop memasak. Rasanya aku kayak naik satu level dalam kehidupan. Sebenernya bisa sih kalo cuma masak doang, kalo ngga tau resep juga udah ada cookpad. Aku tau oregano, basil, merica, ketumbar, pala, dan lain-lain. Aku juga ngga asing kok sama dapur, suka masak juga walaupun yang mau makan masakan ku cuma aku sendiri. Tapi ikutan dua jam workshop memasak kemarin benar-benar lucu. 




Semenjak bapak ibuku memutuskan untuk memasrahkan urusan keuangan rumah tangga kepadaku, aku jadi selalu punya kegiatan bulanan. Kegiatan wajib ibu rumah tangga. Mulai dari bayar listrik dan telpon, bayar sekolah Miha, memastikan pasokan bahan pangan, serta belanja bulanan. Belanja bulanan adalah kegiatan yang paling berat menurutku. Harus benar-benar dituntut untuk berhemat (mental ini secara tidak langsung akan terbentuk), mulai memilih swalayan atau tempat belanja yang benar-benar memberi harga paling miring, selektif dan cermat dalam tiap keputusan pembelian, menimbang-nimbang manfaat tiap barang yang hendak dibeli. Belanjaan-belanjaan yang tidak masuk akal (beli makanan kucing padahal ga punya kucing) sudah tidak pernah lagi dilakukan.




Merayakan ulang tahun teman yang berkedok pengen kumpul-kumpul dan ngomongin orang. Atau nongkrong sambil minum-minum. Well, green tea latte. Kata Adul banyak ngakak bisa mengurangi 25% resiko kanker. Ini benar-benar best remedy.



Kamis, 21 Juli 2016

Aktivitas Pengangguran #1

Ke pasar kangen, pergi belanja beli kerinduan.

Baru kali ini bisa menikmati pasar kangen dengan sungguh-sungguh dan membawa pulang sesuatu. Bisa bener-bener ngeliatin apa yang sebenernya dijual di sana selain makanan yang menurutku kok tidak menggandung kerinduan ya apa aku yang tidak mudah rindu. There is a big vintage suitcase filled with lots of toys. Ada little pony yang belum sisiran, ada lion king yang punggungnya bolong, ada shrek mini yang tidak menakutkan, dan banyak banget lainnya. A plenty old books and magazines, old-school vinyl records, vintage classic round-glasses, hand-draw post cards, and many other antique stuffs. I bought an old-15k-rupiah Asterix and Obelix story-book, still look good and english version.






Jumat, 15 Juli 2016

You Look Cheesy, Eh



Jadi kemarin waktu lebaran tante dan om ku ngasih hampers ke ibu yang isinya keju-keju lucu dan sebotol besar kefir. Tema hampersnya sih dairy product gitu. Ada gouda yang bentuknya kayak keju tua (keju yang bentuknya mirip kayak apel red del usa yang luarnya dibungkus sesuatu berwarna merah, khas kok) yang biasa buat campuran kastengel. Bentuknya bulat pipih kecil dan agak keras. Kalo rasanya belum tau karena belum dibuka, masih belum tau mau dibuat apa liat nanti aja. Ada juga feta yang dikotakin di box plastik itu. Isinya ada 4 potongan kecil keju, warnanya putih susu dan berrongga. Ngga tau juga buat apa sebenernya, tapi kemarin aku nyoba bikin pasta bolognese terus di atasnya ditaburin parutan keju feta. Rasanya ngga kayak keju cheddar yang gurih khas keju, tapi cenderung agak pait kalo dimakan langsung dan teksturnya sedikit kasar. Tapi dia meleleh kalo kena panas, dan rasanya lumayan enak pas udah nyampur sama saus bolognesenya. Ada juga halloumi, kalo kata tante Sarah sih bisa buat campuran atau topping apa aja yang aku suka. Yah mungkin jenisnya hampir sama kayak cheddar, tapi belum dibuka juga sih soalnya sayang. Yang terakhir ada mozzarela yang ternyata teksturnya super lembut dan empuk. Tadinya mau bikin mozzarela stick pake bread crumbs gitu tapi ngga tega gorengnya. Takut kalo nanti leleh di wajan. Jadi dimakan aja, dibakar pake roti gandum. Enak banget. Keju-keju ini biasanya dipake di resep-resep membuat pasta, pizza, cake, atau sesuatu yang creamy dan cheesy. Tapi karena tidak pintar masak jadi aku bikin yang gampang aja. Oh iya sedangkan kefir itu bentuknya cair kayak susu tapi ga sepekat susu, dulu aku taunya sih dipake buat maskeran, masker kefir by lolly anaknya si mas anang itu. Tapi ternyata kefir bisa buat campuran shake juga, bibit kefirnya lo ya. Nah kefirnya ini biasa ku buat campuran shake tapi yang strawberry soalnya rasanya asem banget. Jadi kalo dicampur sama chocolate shake rasanya agak abstrak. Kejunya masih banyak, jadi ada ngga yang bisa kasih masukan bakal dimasak apa nih yang gampang...

Resah Paling Rusuh

When you begin to listen those british indie pop songs in sudden.
When the writing is the only way, but you run out of words.
When little things could remind you to something infinite.
When you're lost to find an old memory.
When it all goes into hallucinations.
Take me to the blissful dimension.
Let me, a while.

Jumat, 08 Juli 2016

Ke Lapangan


Beberapa tahun terakhir ini setiap lebaran aku selalu memperhatikan outfit jamaah perempuan solat ied di lapangan deket rumah. Ya ibu-ibu, ya adek-adek, ya mbak-mbak, dan ya abg. Karena komentar adalah hal yang paling asik dilakuin nomer 2 setelah update path sambil nunggu imamnya selesai khtobah. Menurutku dan Miha (adekku) mereka itu super total banget sebagai jamaah solat ied jam 7 pagi, dengan baju gamis kerudung full payet dan renda plus high heels gliter, dan makeup lapis 7. Yang coba dibayangkan berdandan seperti itu bisa makan waktu berapa jam. Jadi bayangin mereka itu bangun jam berapa paginya? Atau malah ngga tidur semenjak malam takbiran. Aku aja yang udah nyicil nyetrika baju sejak malemnya, ngga dandan plus cuma sandalan (in case dipake lari ke lapangan ngga sakit kalo dah telat), dan bangun sejak subuh buat manasin opor sambel goreng ati aja dateng ke lapangannya pasti telat dan dapet shaf paling belakang. Mungkin mereka punya kemampuan super, seperti time managemen yang bagus dan bisa bekerja secara multitasking, ditambah bisa selalu dateng ke lapangan lebih pagi karena selalu berada di shaf deretan depan. Yah terus aku mikir deh, apakah lebaran harus setotal itu sedangkan aku cuma sesederhana ini...

Aku bosen, dan memperhatikan beberapa ibu-ibu juga pake mukenah yang warna-warni, berpattern, dan super meriah. Ya sebenernya lucu-lucu aja sih. Dulu mukenah cuma ada warna putih paling mentok ada renda bunga-bunganya. Terus nanti kalo ada yang make mukenah warnanya putih gading, pasti udah jadi perhatian jamaah lain karena warnanya beda sendiri. Ibuku pernah beliin mukenah warna ijo tosca, dan jarang banget dipake karena aku mikirnya kalo solat pake mukenah yang berwarna mencolok atau bermotif solatnya jadi kurang maksimal. Ah bego banget mikirnya.