Minggu, 28 Juni 2015

Infinity In Flux

Satu tahun tidak berjalan dengan lama jika tidak dihitung. Rasanya baru kemarin nonton artjog, sekarang udah mulai lagi dan sudah hampir selesai. Artjog ngga pernah ngga sepi, ngga pernah ngga heboh, ngga pernah ngga keren. Yang ngga asik di tahun ini adalah biaya masuk ke pameran yang cukup lumayan. Karena ditambahin dikit lagi aja udah bisa nonton minions di xxi. Tapi sebenernya bagus sih, bayar. Dengan bayar mungkin tujuannya adalah bentuk apresiasi lebih dari masyarakat terhadap karya seni. Dan mungkin peminimalisasian jumlah orang yang berkunjung ke sana. Karena tahun lalu lumayan membludak.Tahun ini aku baru kesana H-1 pamerannya tutup. Aku pikir datang ke sana saat hari Sabtu dan hampir tutup adalah kesalahan. Yang aku pikirkan akan rame, penuh, dan banyak anak-anak alay yang foto-foto. Sorry. Ternyata enggak. Lumayan lah, rame tapi masih enak buat jalan-jalan sambil ngeliatin karyanya. Masih bisa wefie lewat kaca juga kok.







Selasa, 16 Juni 2015

4:3

Ini adalah Ida, film bikinan Pawel Pawlikowski yang settingannya di Polandia pada tahun 1960an tentang calon biarawati yang mulai galau dengan keyakinannya karena setelah dia ketemu tantenya dia menemukan fakta-fakta baru mengenai mendiang orang tuanya yang ternyata penganut agama yahudi atau jewish. Hampir semua dialog di film ini pake bahasa Polandia dan film ini screen size rationya adalah 4:3 yang jarang banget digunain buat film yang biasanya adalah 16:9. Terus film ini dibuat BW dan komposisi gambarnya keren banget. Jadi kerasa tiap framenya benar-benar memperhatikan komposisinya dan dibuat total, background dan foregroundnya. Kalo nonton film ini rasanya kayak lagi liat foto seri yang digabung.






Jumat, 12 Juni 2015

Buildings

Nothing feels so special when I saw the Old Batavia. It was only a place with an antique and vintage impression. Simply like Kota Gede in Jogja. I dont know, seems like I'm not having any interested to explore. Boring and nothing could distract my attention. Then I decided to try taking a walk around that place. And when I saw the buildings, there was something that could made me amazed. Graceful old buildings. Quite, cold, and mysterious. Like each building has their own story and secret. Therefore I raised the theme of old buildings of Old Batavia for my personal photo story project. 
Well well, thankyou Jakarta, thankyou Kota Tua, thankyou Erasmus Huis, thankyou Mr. Ton, thankyou Mas Yoppy Pieter, thankyou Mas Ben Laksana, and thankyou guys for welcomed me well while I was there. Thankyou for the new experiences and discussion. Glad to meet you all.






Senin, 08 Juni 2015

Menantang Diri Sendiri : Pergi Ke Jakarta

Jadi ini adalah hari ke 10 ku di Jakarta. Kesan selama 10 hari di Jakarta adalah, panas dan gerah. Keterlaluan panasnya. Tiap keluar rumah fenomena rutin yang terjadi adalah kemacetan. Iya macet parah setiap hari, pagi siang sore dan malam. Gila banget. Orang ngabisin waktu cuma buat di jalan aja. Berangkat pagi pulang malem, dan itu bener-bener ngga kerasa. Jakarta. Jauh dan dekatnya jarak dari satu tempat ke tempat lain di sini bisa ditentuin lewat skala hitung waktu maupun jarak itu sendiri. Dibilang jauh ya enggak tapi bisa sampe berjam-jam. Kenapa gitu? Ya macet. Jarak menjadi hal yang relatif.
Menurutku orang-orang disini juga psikologinya agak terguncang. Mereka adalah insan yang high temper. Marah-marah mulu hobinya, klakson klakson, ngomel dan umpatan adalah menjadi kebiasaan. Mereka juga hidup individual, maksudnya susah banget bersikap baik dan ramah disini. Yang ada malah jadi sasaran orang-orang yang memiliki kepentingan negatif. Kalo kata sepupuku "Cewek di Jakarta wajib jutek." Iya ada benernya juga.
Suka agak serem kalo diboncengin naik motor di sini. Kaki kanan dan kiri sering banget keserempet, atau ga sengaja kesenggol. Kesenggol aspal, kesenggol tiang, kesenggol ban truck, kesenggol mobil orang, dan kesenggol kesenggol ekstrim yang lainnya. Jarak antara dua mobil yang sekiranya pas buat dilewatin motor walaupun mepet adalah mengerikan. Tapi beneran, kalo ngga kayak gitu ya kita ngga bisa ngejar waktu. Sungguh. Sangat. Menakjubkan.
Mall di Jakarta udah kayak Indomaret di Jogja. Kayaknya tiap kelurahan di sini pasti ada mall nya. Mall. Lurus dikit mall. Muter jalan mall. Jalan dikit kanan mall kiri mall. Mall. Orang-orang di Jakarta gaya hidupnya agak berlebihan. Jarang liat orang yang dandannya biasa aja. Baik yang level hi maupun low. Semuanya total dengan caranya mereka masing-masing. Hari-hari pertama sempet ikut hanyut pada hempasan gaya hidup konsumeris karena yang tidak ada di Jogja dan ada di Jakarta itu banyak. Aku merasa mentalku kurang kuat.
Jujur, aku melonggo pas liat bangunan-bangunan pencakar langit di Jakarta. Serius. Bisa gitu ya. Banyak lagi. Hahahaha. Masyaallah. Gapapa kan pengalaman pertama.
Kesimpulan menantang diri sendiri di Jakarta kali ini membuatku terpikir untuk tidak hidup di sana. Soalnya hidup cuma sekali.