Rabu, 20 Juni 2018

Membuat Sendiri

Semenjak sering lihat-lihat online shop, membanding-bandingkan barang online shop satu dengan lainnya, baca details bajunya di description box nya aku jadi merasa "Yaelah barang tipis gitu aja tiga ratus ribu". Muncul mental proletar yang susah diajak tampil penuh gengsi. Terus suatu sore ibuku tau aku akan gathering buka bersama dengan rekan kantor di luar kota, ibuku iba karena bajuku itu-itu aja ngga menarik dan membosankan. Terus besoknya diajak beli kain kiloan di Jalan Solo yang mana itu juga surga kecil ibuku karena pasti setelah keluar dari situ hari-harinya tak akan bingung lagi karena akan disibukkan dengan kegiatan menjahit. Dibelikannya aku kain yang disuruh pilih sendiri di tumpukan yang brutal sekali mawutnya. Sistem penjualannya adalah tidak milih kain lalu dihargai permeter gitu sister, tapi milih kain terus request berapa meter sama mas yang pegang gunting sama meteran, lalu kain pilihanmu akan ditimbang, nah itu dia kainmu dihargai seperti kita membeli jeruk di Superindo, ditimbang berapa kilo lalu dikalikan harga perkilonya. Kalap. Ibuku kemarin yang katanya iba dengan anaknya beli kain sampai setengah juta lalu yang untuk anaknya cuma jadi 2 lembar baju saja, sisanya? Ya buat ibuku sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar